Aku menyukai bunga kamboja. Menurutku, tanaman kamboja itu
terlihat anggun. Ketika bunganya mekar serempak, terlihat sangat indah.
Aku sendiri agak kebingungan bagaimana mau menanam kamboja.
Soalnya tanamannya yang kecil lumayan mahal. Apalagi pohonnya yang sudah
berukuran besar. Tapi untungnya di sekolah aku sempat memungut biji kamboja
yang sudah masak. Biji itu kubawa pulang dengan niat akan kusemai supaya
tumbuh, namun sayangnya kemudian ia hilang.
Waktu demi waktu berlalu. Entah sudah berapa bulan sejak
benih kambojaku hilang. Aku bertandang ke rumah kakak sepupuku. Eh, di sana aku
menemukan pot berisi dua tanaman kamboja kecil di depan rumahnya. Aku tanya
dapat darimana, eh, dia bilang dapat dari ibuku. Loh, kok aku nggak tahu kalau
ibu pernah punya bunga kamboja? Jangan-jangan.... Selidih punya selidik,
ternyata sewaktu baru tumbuh, tanaman itu dikira benih alamanda, soalnya bentuk
daunnya sewaktu kecil emang mirip sih. Saudaraku itu emang pengin bunga
alamanda. Kemudian aku berpesan kalau dia ga suka tanaman itu boleh dikasih ke
aku, hahaha....
Beberapa hari kemudian terdengar kabar mengejutkan. Suami
sepupuku membuang kembang kamboja itu. Katanya dia tidak suka dengan kembang
kuburan. Aku syok. Untungnya kakak sepupuku menemukannya di tumpukan sampah.
Akhirnya kembang itu dikasih ke aku.
Nah, aku dapat dua batang bibit kamboja. Satu kutanam di
sebelah bibit durian milik bapak. Satunya lagi sudah terlanjur kering
batangnya, kupotong ujungnya yang masih segar buat ditanam. Seteknya kutanam di
gelas plastik, tapi karena keseringan kusiram malah jadi busuk. Untung yang
kutanam di sebelah pohon durian tumbuh sehat.
Waktu demi waktu berlalu. Suatu ketika aku menengok kembang
kambojaku. Tetapi yang kulihat hanya sebatang pohon durian setinggi satu
setengah meter yang tumbuh sendirian. Aku yakin sekali bahwa kembang kambojaku
dicabut orang. Aku heran. Sepertinya orang-orang tidak menyukainya.
Aku pun berkeliling di sekitar pohon durian. Di bawah rumpun
pisang aku menemukan bibit kambojaku dalam keadaan kering dehidrasi. Daunnya
rontok semua. Aku berharap di tidak sedang sekarat.
Buru-buru kubawa ke kebun dekat empang. Aku tanam di sana
karena sepertinya tidak akan ada yang mengganggunya di sana. Kututupi tanah
sekitarnya dengan rerumputan supaya tidak lekas kering sehabis disiram.
Sungguh beruntung, tanaman kamboja memang cukup tangguh.
Sekarang dia telah sehat. Daunnya mulai rimbun. Pertumbuhannya memang lambat. Tapi aku menyayanginya.