Postingan kali ini akan membahas perbandingan antara buku
cetak dan buku digital. Saya tertarik untuk membahas ini karena saya gemar
membaca. Saya sendiri membaca dari berbagai macam media (tapi tidak
semua). Saya merasa ada beberapa
perbedaan yang cukup mempengaruhi pola membaca saya saat menghadapi media yang
berbeda.
Tulisan yang dicetak pada kertas atau apapun yang tidak
memancarkan cahaya namun hanya memantulkan cahaya selanjutnya saya sebut buku
cetak. Sedangkan tulisan yang diolah secara terkomputerisasi untuk ditampilkan
pada layar yang memancarkan cahaya selanjutnya saya sebut buku digital.
Hal pertama yang patut diperhatikan adalah karakteristik
media yang menampilkan tulisan. Buku cetak biasanya memakai kertas. Buku digital
membutuhkan layar monitor.
Buku cetak tidak memancarkan cahaya karena memang tidak
dirancang untuk itu (LOL). Apa yang kita lihat dari buku cetak adalah pantulan
cahaya dari lingkungan sekitar. Saat membaca buku cetak,kita tidak memerlukan direct lighting selama room ambience-nya mencukupi. Secara
otomatis tingkat kecerahan lembaran buku cetak menyesuaikan room ambience. Dalam keadaan mata kita
tidak terpapar cahaya yang berlebihan sehingga biasanya sangat nyaman untuk
membaca berlama-lama dan mata kita tidak gampang lelah.
Layar yang dipakai untuk buku digital meradiasikan cahaya.
Radiasi cahaya ini apabila tidak diatur dengan baik akan menjadi berlebihan dan
membuat mata cepat lelah. Apalagi bila tingkat kecerlangan layarnya tidak
seimbang dengan room ambience bisa menimbulkan
after-image pada mata. Saya sendiri
biasanya mengurangi kecerlangan layar ponsel dan laptop hingga (atau hampir)
minimal. Sayangnya metode ini biasanya diikuti dengan turunnya kontras pada
layar sehingga mengakibatkan tulisan makin susah dibaca.
Hal kedua yang membedakan adalah energi yang dipakai. Sepertinya
semua orang sudah tahu kalau buku cetak tidak memakan listrik, sedangkan gadget membutuhkan listrik. Jadi saya
rasa bagian ini tidak perlu dibahas lebih lanjut.
Hal ketiga adalah kemudahan navigasi. Buku cetak umumnya
hanya memiliki alat navigasi sederhana berupa daftar isi. Ada pula yang
melengkapinya dengan indeks. Sangat sederhana. Sebaliknya, buku digital biasanya
memiliki tombol-tombol luar biasa (baik pada berkas buku itu sendiri atau pada
aplikasinya) yang bisa mengantar kita pada bagian tertentu pada buku. Ada juga
fasilitas search/pencarian untuk
mencari kata-kata tertentu dalam buku.
Buku cetak memiliki fasilitas navigasi yang sangat primitif
bukan? Tapi nyatanya, entah bagaimana saya merasa bahwa mencari sesuatu dalam
buku cetak jauh lebih mudah daripada buku elektronik (dengan asumsi bukunya
sudah dibaca hingga selesai). Sepertinya otak merekam semua informasi dari
indra manusia yang mampu mengakses buku cetak. Dalam hal ini kita menggunakan
indra penglihatan dan peraba. Sepertinya jari-jemari mengirimkan sinyal tentang
posisi ketebalan buku yang memuat informasi yang terlihat mata. Saya tidak begitu
menyadarinya, tapi biasanya saya bisa langsung menemukan informasi yang butuh
dicari dengan hanya membuka beberapa kali.
Buku digital hanya mengandalkan indera penglihatan. Kita
tidak bisa merasakan sensasi ketebalan buku yang sudah kita lewati. Mencari
lewat indeks cukup menyenangkan tetapi tidak selalu merujuk yang kita cari
karena ia hanya mengarah ke awal bagian tertentu, sementara yang kita cari
kadang ada di tengah-tengah. Mencari menggunakan fasilitas search lebih mengerikan lagi. Kita harus mencari kata kunci yang
tepat yang benar-benar terdapat dalam teks sementara biasanya kita hanya
mengingat garis besarnya, bukan tata kalimatnya kata per kata. Ini kadang
membuat pencarian dalam buku digital sangat memusingkan dan menghabiskan waktu.
Hal keempat yang membedakan kedua jenis buku adalah clarity atau kejelasan bentuk huruf/font. Ini mempengaruhi mudah tidaknya
teks untuk dibaca. Lebih jauh juga bisa mempengaruhi kecepatan membaca. Hal ini
terutama dipengaruhi oleh resolusi media yang dipakai. Semakin tinggi
resolusinya, semakin halus pula hasil yang ditampilkan.
Buku cetak mampu menampilkan berbagai bentuk huruf dengan
jelas, bahkan yang berukuran kecil sekalipun. Hal ini tidak terlepas dari
teknologi mesin cetak yang memiliki resolusi sangat tinggi. Bahkan printer
rumahan pun mampu mencetak dengan resolusi 1000 ppi atau lebih tinggi.
Sebaliknya, buku digital bargantung pada layar monitor yang
saat ini masih berkutat di resolusi rendah. Mayoritas tidak lebih dari 192 ppi.
Ini mengakibatkan terbatasnya detail huruf yang bisa ditampilkan. Detail halus,
seperti serif di font Times New Roman
misalnya, tidak bisa ditampilkan secara sempurna. Jika teks menggunakan ukuran
kecil umumnya akan terjadi distorsi bentuk huruf dan spacing yang mengakibatkan
tulisan susah dibaca.
Teknologi ClearType
pada Microsoft dan sejenisnya sebetulnya cukup membantu mengkatrol clarity pada layar elektronik. Teknologi
ini memperlakukan subpixel secara
mandiri sehingga secara virtual meningkatkan resolusi horizontal. Sayangnya
resolusi vertikal tidak mengalami perubahan apa pun. Kita hanya bisa berharap
teknologi di masa depan mampu membuat layar beresolusi tinggi dengan harga
terjangkau.
Hal kelima yang membedakan buku cetak dan buku elektronik
adalah portabilitas. Buku cetak lumayan memakan ruang. Berat? Tak perlu
ditanya. Kertas buku cetak terbuat dari serat selulosa yang berasal dari kayu.
Massa jenisnya tidak jauh beda dari kayu itu sendiri. Saya pernah pulang
kampung dengan membawa koper yang hampir saya penuhi dengan buku. Rasanya
lengan saya pegal-pegal menyeret dan membawa koper tersebut di stasiun dan naik
turun tangga. Saya tidak mampu membayangkan berapa ton berat buku yang
tersimpan dalam perpustakaan.
Buku digital tersimpan sebagai data elektronik dalam chip yang ukurannya sangat mungil.
Sangat ringan pula. Intinya, sangat mudah dipindah-pindahkan, apalagi melalui
transfer data digital.
Pada akhirnya, baik buku cetak maupun buku digital memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Konsumen sendiri yang menentukan apakah
akan membaca buku yang tercetak atau buku digital. Tapi hingga saat ini saya
masih sangat menggemari buku cetak untuk dibaca.
0 komentar:
Posting Komentar