Pages

Labels

Rabu, 27 Februari 2013

Diversity is Good

....

If on the other hand we spread the acoustic energy over a wider frequency range, the apparent loudness increases dramatically. 
We proved this a moment ago when we did the experiment of playing a chord of several widely spread notes on a single stop.  The notes chosen were at the harmonic frequencies of the root note.  Therefore it is not surprising that if we have a stop whose harmonics are strong, it will often sound louder than one which has weaker harmonics.  This will often remain true even if the louder stop has a lower actual sound level.  Thus the sound of a Stopped Diapason will often be able to penetrate a chorus of other stops, whereas a duller-toned flute will not (it merely adds mud to the sound). 
This fact also explains why gentle mixture work on low pressure wind  is so important in enabling an organ to sound pervasive yet attractive.  The organ builders of the Baroque era understood this empirically.  We did not rediscover it until the 20th century, after the excesses of the Romantic period had exhausted themselves.



 Quoted from The Tonal Structure of Organ Flutes by Colin Pykett

Minggu, 24 Februari 2013

Yahoo! Serem

Main Yahoo di jam-jam sibuk gini emang rada serem. Masa buka akun sendiri dapetnya "Orang ini mungkin tidak ada, mungkin ada masalah dengan link-nya atau account-nya telah diskors."
Ya kali akun gue kena skors, emang gue ngapain aje?
Dan ternyata sistemnya yang lelet.

Kalau gini caranya, ini hati dag dig dug jedhor kan jadinya....

Jumat, 22 Februari 2013

New Screen

Mengganti resolusi layar laptop kadang benar-benar SESUATU.





Rabu, 20 Februari 2013

My Nails

Sometimes, a very simple thing can give me a bunch of happiness. Just like this, coloring my nails using crayons. It's so silly, but colorful shade of crayons often increase my mood and make me cheerful.

Selasa, 19 Februari 2013

It's Ngranti

I don't know what to say when i'm in a very great happiness, especially when it's holiday. The only word that expresses it the best is Alhamdulillah. Yeay.... Going home (or actually going village?) is worth more than one billion of money. There are so many simple pleasures that can be found in village rather than city. And this is one of them.
Like usual, I love cycling; around my town or along the villages. The town is beautiful. And very clean! (My town, Tulungagung, got Adipura Kencana, yeay!). But rice fields outspread the villages have their own beauty.
I always feel both free, grace, and solemn (what? XD) in rice field. It's like there are only me, earth, sky and Allah. But I also feel crazy sometimes, sepecially when there's no one around me. It pushes me to do something silly; like scrolling my shorts, rolling over river bank, or whistling (I mean squeaking using whistle register) and hurts my throat. X( But it's so something. XD
Last holiday, I cycling trough a rice field next to my house. OK, that rice field actually doesn't spread exactly beside my home. But it's not far enough to make me tired. So, it's STILL close.
Look at this! It's almost like an aerial photography, isn't it? Not so similar, but it has the impression. Firstly, there are just few small trees around me, so the picture doesn't have any objects in foreground. Secondly, I took the picture on a pathway that has higher elevation than the field.

I took that picture at afternoon, facing east. It's great because the weather is clear and the sky is so very very blue. In the same place, facing south, i got this picture.

Like usual, the beauty of rice field make wat to say "Everyone, look at this! It's Boyolangu!" But, oh no, it's not the rice field of Desa Boyolangu. This is Desa Ngranti. Whatever, Ngranti is still part of Kecamatan Boyolangu. XD

Kamis, 14 Februari 2013

They Knew More, Yet Keep It Simple

The ancients strongly disliked this tuning impurity of the fifths because it went against their mystic ideas.  If you believed that your God was up there on the nearest hill listening to the music you were playing, you were going to be jolly careful that you didn’t offend Him. The last thing you would want to do would be to deliberately choose some hideous irrational number to represent the frequency ratio of a flattened fifth, rather than the primitive integral beauty of 3 to 2 for a perfect one (the fundamental frequencies of the notes forming a purely tuned fifth – no beats - are in the exact ratio of 3 to 2).  So they decided to make music using fewer than twelve notes to the octave, even though they knew all about the twelve note scale.  Hence those boring and funereal old modes which characterised music until about a millennium ago, at least in Europe.  The restriction to 6 or 8 notes to the octave made modal music-making pretty simple during all that time.

Quoted from Temperament: A Study of Anachronism by Colin Pykett

Rabu, 13 Februari 2013

Your Hijab isn't Hairstyle Replacement



Semakin hari semakin banyak lambakan fesyen hijab di pasaran dengan pelbagai warna dan material. Apa yang terkadang menjadikan mata yang melihat sedikit terkilan adalah penggayaan hijab yang keterlaluan seolah-olah "mahkota wanita" versi kain.

Ada yang mempertahankan penggayaan hijab-hijab ini sekurang-kurangnya membuatkan mereka yang asalnya "free hair" tertarik untuk menutup aurat. Dalam masa yang sama ada yang mempertahankan fesyen-fesyen ini sebagai ekspresi kesenian kecantikan wanita. Oh, janganlah dieksploitasi kefahaman adik-adik yang baru berjinak2 untuk menutup aurat!

Sekiranya niat untuk menutup aurat itu adalah untuk nampak lebih trendy, lebih vogue, berani dan ekspresif, jadi ke manakah perginya nilai-nilai kesederhanaan dan harga diri seorang wanita Islam? Bukankah niat untuk berhijab seharusnya Lillahi Taala (hanya untuk Allah)? Bukankah apabila seseorang wanita itu berhijab, mata-mata yang melihat terdidik jiwanya untuk lebih menghormati wanita tersebut?

Fesyen "muslimah" janganlah sekadar pada nama tapi sajian pilihannya adalah pakaian yang menampakkan bentuk badan (ketat), melekap, dan jarang. Adakalanya sesetengah fesyen yang terdapat di pasaran begitu indah sekali kelabuhan dan kelonggarannya tapi sayang, apabila dipakai terserlah bentuk badan (terutamanya dada) kerana materialnya yang melekap. Ada pula yang jarang sehingga terlihatlah apa yang asalnya ingin ditutupi... Berhati-hatilah, muslimah...tidak salah untuk kelihatan indah dalam melaksanakan syariat, namun berwaspadalah! InsyaAllah.. ♥

"RIGHT things, even when nobody is doing it; REMAIN RIGHT!
WRONG things even when so many people are doing it; REMAIN WRONG!"

wallahualam... ♥




dari: ELLE ZADA

Selasa, 12 Februari 2013

Capek Deh....

Beneran, ini lagi capek. Seharian bolak-balik kampus-kosan tiga kali! Dan ketiga-tiganya dalam keadaan memakai seragam lengkap.
Kejadian pertama pukul delapan pagi kuran dikit. Ga tau kenapa, saking semangatnya buat kuliah, gue asal berangkat aja, hanya dengan berbekal ingatan bahwa hari ini hanya ada satu mata kuliah saja, KSPK. Dengan agak terburu-buru takut terlambat, gue berangkat lewat Kalimongso. Hampir nyampe pintu Kalimongso, ada teman dari kelas lain yang nyapa. Gue bales, dia bales nanya lagi gue ada kuliah apa. Gue jawab KSPK, dia nanya lagi ruangan mana. Gue jawab Gedung I, ga tau ruangannya. Akhirnya kami jalan bareng. Lewat kanopi samping Sekretariat, iseng-iseng gue ngeliat hape. Ternyata udah pukul 7:59! Satu menit lagi masuk dong.... Duh, mana lupa ruangannya pula. Kulanjutnya ngeliat grup kelas di FB. Oh, ternyata ruangannya di Gedung J 301, bukan Gedung I. Untung belum nyampe. Lebih untung lagi belum mendaki tangga hingga lantai tiga. Hehehehe.... Wait, wait, wait.... Liat jadwal lagi! KSPK 11.00-13.00! What? Terus gue ngapain ke kampus sepagi ini? Balik ke kosan lah akhirnya.
Setengah sebelas pun tiba. Gue berangkat lagi ke kampus. Yang ini beneran ada kuliah KSPK. Nyampe J301, ruangan kosong. Ternyata pindah lokasi ke J309 di sebelahnya. Boo... kelas baru setengah terisi. Wajar sih, belum nyampe pukul sebelas juga. Waktu KSPK dilaksanakan, ternnyata asyik banget. Ga nyadar, tau-tau jam udah main abis aje. Tunggu, ada yang kelewatan. Waktu masuk kelas tadi gue lumayan terpana, soalnya anak-anak cowok pada pake baju rapi putih-putih dengan rambut gaya abis. Ga biasanya kaya gini. Sikut sana-sini, akhirnya keluar gosip bahwa pemotretan untuk ijazah dilaksanakan setelah kuliah KSPK. What? Mana gue lagi pake baju biru lagi. Akhirnya gue dalam hati nekat kalau ntar gue mau tukeran baju ama temen buat foto ijazah. Eh, belakangan foto ijazah ditunda jadi pukul 14:00. Asik, masih bisa balik ke kosan buat ganti baju.
Balik ke kosan, bukannya nyiapin baju putih sama jas almamater, gue malah nge-game di hape, lanjut makan camilan sambil baca koran. Hadoh.... Mana jas almamaternya kusut banget lagi. Akhirnya setelah nyetrika jas, gue berangkat pukul 14:20. Alhasil nyampe sekolahan pukul setengah tiga. Ternyata masih banyak anak yang belum difoto. Ga lama, gue dapat giliran. Lumayan, ga perlu lama-lama nunggu. Habis foto, gue ga langsung balik ke kosan, lagi pengin nge-bank. Dari depan kampus naik angkot ke Taman Menteng Bintaro. Dan.... Di pintu bank ada tulisan te u te u pe. TUTUP. Sebel abis ga tuh? Ini ketiga kalinya gue ke situ dan tutup. Padahal baru pukul tiga sore bo.... Kesel ni hati rasanya. Lagi bete gini males naek angkot buat balik. Kasihan abangnya ntar gue omelin. Jadilah gue jalan kaki dari Taman Menteng ke sekolahan, lanjut ke kosan. Kurang lebih satu setengah kilometer lah. Hosh, hosh, hosh, kalau capek gini kan ga jadi marah.
Eh, waktu jalan dari Taman Menteng ke sekolahan, gue ketemu ama Pak Richard. Beliau juga lagi jalan kaki. Padahal gue sekitar setengah jalan menuju sekolahan. Huwaow. Emang sih, Bapak yang ini hobi joging. Beberapa kali juga kulihat jalan-jalan di sekitar lingkungan kampus. Kalau dipikir-pikir pergi keluar kampus macam jarak 300-400 meteran emang ga signifikan bedanya antara jalan kaki ama naik kendaraan. Itu bagi gue ama Pak Richard yang jalannya pake gaya orang Jepang. Bagi orang lain yang jalannya lelet macam siput, who knows?
Diingat-ingat, ntar malam ternyata gue masih harus balik lagi ke kampus buat latihan padus. Huo~~~~ Semangat!


Sst.... Waktu balik dari kampus ke kosan pukul delapan pagi itu gue ketemu ama someone angelic. Alhamdulillah. Sesuatu banget.

Pelangi


Ini kejadian hari Rabu minggu lalu. Seperti biasa, mulai jam 2 siang mendung, tapi yang ini mendungnya tebel banget, mana bergulung-gulung pula. Gue yang lagi asik-asikan naik sepeda di kaki gunung, akhirnya buru-buru balik ke rumah. Ga lama setelah nyampe rumah, byur.... Ujan! Grr.... gue yang awalnya mau main-main ke sawah jadi batal.
Habis ashar, eeh.... hujannya berhenti! Cling cling cling, terang! Gue lihat dari jendela, waw, cahaya matahari sore benar-benar luar biasa. Buru-buru lari ke depan, dan pemandangan benar-benar indah (menurutku). Ini halaman depan kelihatannya seger banget abis ujan.
 Tirai sulur kesayangan ibu! Sayang, silau kena cahaya dari kanan.


Wah, gue udah menggalau gila. Liburan kali ini gue belum ngambil gambar pemandangan sore sama sekali. Wah, mumpung cerah kudu cepet-cepet ke sawah nih. Asli bingung abis. Udah jam limaan, bentar lagi matahari tenggelam, sementara sawah Ngranti atau sawah Boyolangu lumayan jauh dari rumah. Hei, tadi siang kan keliling desa lewat sawah Pucung! Dan itu ga sejauh sawah-sawah yang lain. Jreng...!
Buru-buru ambil sepeda, ngambil jalan ke timur. Jreng...! (lagi). Emak, ada pelangi. Gue yang jarang lihat pelangi langsung jerit-jerit, menepi, dan berhenti dekat warkop. Masih sambil nyerocos ga jelas, ngambil gambar pelangi. Sayang, pelanginya cuman sebelah doang.




Ini kalau di-zoom.



Konyolnya, gue ga nyadar kalau di warkop ada banyak orang. Sewaktu kesadaran gue mulai balik, gue nengok ke warkop dan si ibu pemilik warkop lagi ngeliatin gue yang dari tadi jerit-jerit kegirangan. XD Cabut!!!!
Nah, nyampe di sawah barat Pucung Kidul, ternyata udah ada orang lain yang juga foto-foto di situ. Mereka pada ngadep barat jeprat-jepret matahari yang udah rendah. Wah, gue keduluan orang. Ga asik nih. Cuman dari gelagatnya, kayaknya mereka lagi ga nyadar kalau ada pelangi. Hmm.... Aga ke sebelah selatan lagi masih ada sawah lagi kok. Cabut! (lagi)

Alhamdulillah, ini sawah lumayan enak. Dan waouw, gunungnya berselimut awan. Cantik banget! Gue sempat ngambil beberapa foto matahari sore, tapi ga terlalu bagus, jadi ga kuaplod.
 Pake ada kabel listrik segala....
 Alhamdulillah, busur pelangi di sini lebih lebar, cahayanya pun lebih terang. Luar biasa! Banyak cantik!
 Ini kalau di-zoom, lebih mendingan kan, daripada yang awal tadi.
 Gue bingung ngambil gambar arah mana dan model gimana, terus dapet kaya gini. Bingung gue. XD
Dan.... Alhamdulillah, pelanginya ganda! Meski redup, busur sebelah luar masih terlihat mta telanjang. Di kamera pun, samar-samar masih nampak. Contohnya kaya di dua foto sebelumnya. Warnanya kelihatan tipis banget. Kalau ga percaya, nih, hasil editan tingkat ekstrim. Noh, di sebelah luar busur utama, nampak pelangi lagi yang warnanya kebalik. Tuh, tuh, tuh....





Alhamdulillah, sore ini ternyata sungguh luar biasa. Main ke sawah sore-sore ga lengkap tanpa ngambir gambar langit atau awan. Dan ini hasilnya....
 Banyak cantik, Bu.... Ini baru yang difoto, yang aslinya jauh lebih cantik lagi.

Jumat, 08 Februari 2013