Pages

Labels

Selasa, 25 Desember 2012

Erecting Room


I’m not sure if I really want to be an organ-builder. But, if it comes true, I need huge building to be my workshop. I’ll hire some assistants (or no? who knows?). We need some room to work and place the equipments and materials.
One important room is erecting room. We need it to erect the long, thick, big (maybe it isn’t just big, but huge) beautiful things called organ pipes. I’ll need at least 40 feet-height room. Okay, the lowest pipe I’ll produce maybe only 32 foot pipes. The speaking length is about 32 feet for open pipe, but I need more feet for the pipe foot, wind lane, casework, and miscellaneous part I haven’t known the name yet. We will install the organ in that room. We need to know that all parts are fit to their positions and function.
The erecting room is huge, right? Yes, the 32 foot pipe alone will make me look like a tiny fairy than a human. I’ll get my wings and magic wand, so I can fly around the room.

Is the erecting room going to be used all time? As private organ-builder just for myself, I won’t spend my time to build my own organ. That erecting room won’t always be used to set up the pipes. But, if I plan it carefully, add proper acoustics, it can be used as rehearsal room for choir. It will be great to sing and hear choral music with well adjusted reverberation. It’s also fun to play my whistle voice in that room.


"Go to the erecting room and get your long-sustained whistle voice."

Me as Organ Builder

Kadang aku suka berangan-angan, berimajinasi, mengkhayal, melamun, apa pun itu istilahnya, membayangkan diriku sebagai organ-builder. Hm…. Kayaknya keren banget (di mata gue). Meski organ-building tuh ga murah, tapi asik aja. It’s about beauty.
Gue pernah kepikiran buat jadi organ builder komersil, yang berarti bakalan ngurusin punya orang lain (dan berarti juga dapat bayaran). Tapi kayaknya repot, bakalan ngabisin banyak waktu dan tenaga. Belum lagi kalau klien punya segudang permintaan yang bermacam-macam, pengin ini pengin itu, perfeksionis, pengin cepet, bla bla bla…. Mumet lah. Karena itu gue lebih suka mengkhayal jadi organ builder privat, khusus buat gue sendiri ;p buat naikin gengsi pribadi di mata komunitas. Huokokok….
Ngelanjutin khayalan, jika aku menjadi organ-builder, seperti apa yang bakalan aku bikin buat diriku sendiri? Hm…. Bingung. Coba-coba bikin disposisi sederhana, hasilnya kaya gini

I Positiv
8 Rohrflote
4 Prestant
4 Sussflote
2 Quart
1 1/3 Larigot
Zimbell II
8 Harmonium
+ Trem.

II Hauptwerk
16 Gedacktpommer
8 Montre
8 Hohlflote
4 Octave
4 Nachthorn
2 2/3 Quinte
2 Waldflote
Mixture IV
8 Tromba

III Schwellwerk
8 Gedackt
8 Dulciana
8 Celeste
4 Principal
4 Blockflote
2 2/3 Nazard
2 Octavin
1 3/5 Terz
1 Piccolo
Scharff III
8 Trompete
+ Trem.

Pedal
16 Contrabass
16 Subbass
8 Octavbass
8 Gedecktbass
4 Choralbass
16 Contrafagott

Koppel
I Off
I/I 4
II/I 8
II/I 4
II Off
II/II 16
II/II 4
I/II 8
I/II 4
III/II 16
III/II 8
III/II 4
III Off
III/III 16
III/III 4
I/III 8
I/III 4
Ped Off
II/P 8
II/P 4
I/P 8
III/P 8

Kira-kira tampilan stoplist-nya ntar kaya gini

Gue kaga tahu ini pake gaya apa, gue cuma masukin stop-stop yang lumayan familiar dan kayaknya bersuara cantik. Stop yang make bahasa Jerman atau Perancis kedengarannya lebih keren dan cantik dibaca daripada yang pake bahasa Inggris. Koppel-nya pun dibikin sedemikian banyak biar bisa borrow maksimal. Penginnya sih bikin yang rank-nya banyak, tapi kan mahal banget. Ini aja ude mahal.

Payung

Jumat, 21 Desember 2012, dalam angkot KWK 08

Sembari menikmati perjalanan menuju Lebak Bulus, iseng-iseng nguping pembicaraan dua ibu-ibu.
A : “Ujan, buruan masuk angkot.”
B : “Untung banget pas beli payung baru.”
A : “Buat anak loe?”
B : “Iya nih, lagi musim ujan gini, biar ga kehujanan.”
A : “Enak ya anak loe. Anak gue, gue suruh bawa payung ke sekolah kaga mau. Dia bilang, ‘Yah, emang gue emak-emak yang lagi ke puskesmas pake bawa payung segala, ogah ah.’ Sebel banget tau, udah dibeliin malah kaga mau make.”
B : “Tapi anak gue kaga mau make payung gede, makanya gue beliin payung lipat biar bisa masuk tas. Kemarin dia nolak-nolak gini, ‘Mak, emoh ah pake payung gede. Gue mau pergi sekolah, Mak, bukan mau ngojek.’ Gue bales gini, ‘Ya ga pa-pa dong. Kalo lagi ga ujan, payungnya titipin aja di sekolah biar ga repot. Kalau ujan ada yang mo nebeng, kasih tau sekali nebeng bayar seribu.’ Hahaha….”

Jumat, 14 Desember 2012

PNS

Pegawai Negeri Sipil adalah status, bukan profesi. Namun, dalam PNS terdapat berbagai macam pekerjaan yang di antaranya merupakah profesi.

oleh Widyantoro Setiawan
Tangerang Selatan, Rabu, 12 Desember 2012, pukul 11:50

String Stops

String stops are intended to imitate orchestral strings. Although they fall short when attempting to simulate a solo violin, they are much more impressive when imitating massed strings. The tone is thin and sharp, with a lot of harmonics or overtones.

http://www.theatreorgans.com/virtualtheatreorgan/Families%20of%20Tone.htm

Rabu, 28 November 2012

Ironi

Jarang ada hakim yang membuat keputusan dengan memperhatikan atau membandingkan keputusan yang telah dibuat oleh hakim lain. Karena itu, kita temui adanya ketimpangan antara keputusan hakim yang satu dengan hakim yang lain.

Oleh Widyantoro Setiawan
Tangerang Selatan, 28 November 2012, pukul 13.00

Selasa, 27 November 2012

Anti Nyamuk

Waktu gue baca Recent Keyword Activity di Statcounter, agak kaget juga karena ada yang nyasar ke post ini buat nyari cara mengusir nyamuk. Wohohoh, lumayan laku rupanya meski isi post-nya ga gitu jelas.
Kalau kupikir-pikir, ngusir nyamuk pake jeruk nipis tuh ga terlalu asik. Pertama, ga praktis. Kita kudu beli jeruk dulu. Terus jeruknya diiris. Terus jeruknya diperes-peres (awas jangan sampe tumpeh-tumpeh XD). Terus meresnya harus ati-ati, jangan sampe cipratannya kena mata; perih. Kedua, harga jeruk naek. Daripada buat ngusir nyamuk mending dibikin wedang jeruk; anget-anget seger, enak.
Terus ngusir nyamuknya pake apaan dong? Tenang aja, pake Soffel Spray praktis.
Tinggal semprot cus cus cus, nyamuk pada kabur semua. Wanginya enak, ada dua pilihan aroma; kulit jeruk dan bunga geranium. Karena baunya wangi dan cara makenya disemprotin ke kulit, kadang aku jadi bingung, ini produk anti nyamuk, deodoran, atau parfum sih? Wahahaha.
Harganya? Beli di Harmoni Ceger, bayar Rp10.000,00 masih dapet kembalian.

Minggu, 25 November 2012

The Gentle Giant

The 32 ft. open wood pipe produces an effect of which the King of Instruments alone may boast. It cannot be reproduced by any other means, as far as I am aware, save that of a wood or metal pipe thirty-two feet long and of adequate scale. Not even the diaphone can produce the characteristic "seething, bubbling" effect of the traditional pedal pipe. Any attempt at imitation by means of an oscillating valve or any other electronic system must inevitably fail owing to the sheer incapability of a loudspeaker diaphragm to handle such a sound wave without "frequency doubling." There is no acoustic system of tone-production that can vie with the aerial mechanism of a 32 ft. pipe of wood measuring, say, 29 in. by 25 in. at CCCC (the scale adopted by Mr. Willis at Liverpool Cathedral). True, the actual fundamental frequency of sixteen vibrations per second cannot be distinguished by human ears : the lowest frequency in the audible range is twenty vibrations per second. But it does not follow that the sound emitted by the CCCC pipe is lost on the listener : far from it ! It has a psychological effect on the listener that no other sound is able to produce, and only a 32 ft. flue pipe
can do it.

Quoted from "The Modern British Organ" by Noel A. Bonavia-Hunt, M. A.

Jumat, 23 November 2012

True Bass or Fake Bass?

The so-called sub-woofers commonly used in home cinema or in-car entertainment systems are likely to be useless for organ or serious hi-fi work. Most of the time they are only called upon to radiate transients such as drum notes or the bangs and crashes inseparable from movies such as Jurassic Park. Such programme material is different in kind to that from an organ. In fact many sub-woofers are highly resonant at frequencies above our 30 Hz figure, and these resonances are merely excited whenever signals arrive of the sort mentioned above. When a dinosaur is rampaging through a primeval forest on the screen, it does not really matter whether the associated sounds are radiated with high fidelity or not. Similarly, when youngsters cruising around in cars advertise their presence with the high intensity drum beats which they seem to enjoy, it does not matter whether the spectral character of the original material is modified by extreme loudspeaker resonances. Who would know or care? Yet playing an electronic organ or an organ CD through such a loudspeaker system can be disappointing – the fundamental frequencies of the lowest notes are simply not there, and there may be some ridiculous emphases of other frequencies. The term "one note bass" is sometimes used to describe loudspeakers such as these, because they really only give an illusion of powerful bass by radiating at the resonant frequencies of the system. Such loudspeakers are entirely inappropriate for serious musical use.

Minggu, 18 November 2012

Who am I?

I'm not sure about who I am, what I want to be, or what I need. But, I know that I love Double Open Wood and Untersatz, although I haven't heard them yet.
I realized that I really love Komik Muslimah so much. I miss it....

Jumat, 16 November 2012

Selamat! (1)

Hahah! Cuman dapet 3000 pageviews doang udah kegirangan. Hohoho.... Ya iya, dong, penantian sejak lebih dari dua tahun yang lalu. Norak abis pula kartu ucapannya. Ga apa-apa lah. Peristiwa seperti ini patut disyukuri. Alhamdulillah.
Nih, buktinya....
Wups, pake acara sensor-sensoran segala. Padahal link-nya ada di sebelah kanan tinggal pencet aja. Bikin misterius dikit lah.... Tapi kenapa si Night Horn ga pernah kukasih ucapan selamat ya? Kasih lewat hati aja deh...

Senin, 05 November 2012

Kosakata: Demi

Demi

1 demi p untuk (kepentingan): hentikan kebiasaan merokok, -- kesehatan
2 demi p lepas, per: satu -- satu (seorang -- seorang) para tamu memberi selamat kpd kedua mempelai
3 demi p tatkaIa; pd ketika; segera setelah; begitu: ia berteriak kegirangan -- membaca namanya tercantum di papan pengumuman
4 demi p atas nama (Tuhan, untuk bersumpah): -- Allah dan rasulNya saya tidak melakukan hal itu
5 demi kl p sebagai: suaranya merdu -- buluh perindu

Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia

Sabtu, 03 November 2012

Colorful

Pagi-pagi nge-post sesuatu yang berwarna biar tambah ceria, tambah semangat! A new day has come.
Ini gambar spidol. Ga tau kenapa seneng banget ama spidol warna. Hehehe....








Bonus gambar semak berwarna merah.



Rabu, 31 Oktober 2012

Menikmati Matahari Terbit di Kali Boyolangu

Ini adalah foto yang kuambil tanggal 14 Agustus 2012 lalu sambil naik sepeda di tanggul Sungai Boyolangu. Ini editan pertama, agak suram.

Editan kedua, warnanya lebai. Hiks....

Editan ketiga, lumayan....

Tapi menurutku yang paling cantik adalah yang ini, editan foto lain.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Partitur Warna-Warni

Ini adalah kedua kalinya aku mencoba menulis partitur manual. Hm.... Pengalaman pertama kali ga perlu diceritakan ah, bikin malu aja.
Pada dasarnya kali ini aku hanya menulis ulang dari partitur yang udah kubikin pake MuseScore. Tinggal translasi doang, dari not balok ke not angka. Judul lagunya? Rahasia! Kenapa? Ntar juga tahu alasannya....
Ini lho hasilnya.... Ini belum lengkap sih, cuman reff terakhir doang. Hahaha....

Nah, aku ga mau partiturku terlihat biasa-biasa aja, makanya kutulis pake spidol warna-warni. Kan kelihatannya jadi manis dan cantik gitu kalau per baris warnanya beda-beda. Iya ga sih? Atau malah norak? Wis kadhung, kaben.
Kesalahan terbesar yang kulakukan adalah tidak memperhatikan lirik. Ya, waktu nulis di MuseScore, aku enjoy aja masukin not-notnya. Aku ngikut aja ama mood yang ada di pikiran dan sukses bikin ending di C mayor. Oh iya, ini lagu aku tulis pake nada dasar Do = C. Nah, waktu nulis di kertas, sambil inget-inget liriknya, JEGLER! Kalau dibaca mentah, liriknya tuh sedih gitu, kaya mau pasrah. It means lagunya pake nuansa sedih-sedih gitu yang juga berarti harusnya ending di A minor. Kuputer lagi MuseScore dan emang dua bar terakhir G ke C nuansanya mayor banget, padahal liriknya galau-galau gitu. Kuinget-inget musik aslinya, emang sempet masuk ke G, tapi endingnya ke Am. JRENG!!! Yang di MuseScore dipermak dulu, agak bingung sih awalnya, dari G ke F, lalu ke E, masuk Am bisa sih, tapi masih agak kaku kedengaranya, tapi lumayanlah. Yang di kertas? Udah terlanjur ketulis, ya udahlah, buat kenang-kenangan aja. Nah, karena itu liriknya kubikin nge-blur biar ga kebaca. Kalau kebaca kan jadi  ketahuan banget ga nyambung sama nadanya. Tapi dipikir-pikir, dari baca nadanya juga ketahuan ini lagu apaan. Seenggaknya dengan begini menjadi tidak terlalu vulgar. Hehehe....
Kesalahan berikutnya (ini lebih dulu terjadi, tapi seenggaknya nggak separah yang di atas ntu) adalah saat input nada di MuseScore. Mentang-mentang bikin aransemen SATB, terus aku nulisnya dari sopran ke alto, ke tenor, terakhir bas. Karena bas paling akhir, pilihan nadanya jadi tinggal sedikit. Akibatnya, melodi bas jadi kurang variatif. Nah, waktu ngubek-ubek isi laptop, nemu artikel tentang aransemen. Kubaca dan di situ tertulis bahwa urutan bikin melodinya adalah dari cantus firmus (yang bawa melodi utama, dalam hal ini sopran), kemudian bas, baru suara lainnya. Wo, layak, tibakna aku kuwalik.
Kesalahan selanjutnya adalah, aransemen yang kubikin di MuseScore sebetulnya belum lengkap. Lima bar terakhir sebetulnya aku pengin jadiin SSAATTBB. Tapi karena udah ngebet pengin nulis tangan, kutulis aja apa adanya. Akibatnya, tulisannya jadi ga rapi. Baris tenor dan bas makin ke belakang makin ke bawah. Altonya rapi, tapi nadanya parah, dari fi tahu-tahu ke do, njeglek abis.
Kesalahan selanjutnya.... Ini kenapa gue tulis di blog ya? Kesalahan lainnya ada ga ya? Tauk ah, semoga ga ada. Kalaupun ada, sekarang lagi ga inget. Udahan dulu yuk.... Mau pesen tiket buat pulang kampung libur Natal ntar. Yuk....

Perubahan





Waktu terus berjalan

Perubahan tak terhindarkan
Masa lalu akan tetap terkenang
Misteri menanti di masa depan

Kita tak bisa meminta sesuatu tetap pada kondisinya saat itu
Ceteris paribus hanya khayalan, tidak berlaku
Banyak hal, sering membuat kita ragu
Namun demikian, engkau pasti selalu tahu
Kemana pun engkau menghadap dan menuju
Kasih Allah tetap menyertaimu



Gambar ini diambil pada lokasi yang sama, yaitu di sawah lor Tugu Dua Anak Cukup, Dusun Dadapan, Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, 66271


Gambar ini diambil hari Kamis, 10 Juni 2012, pukul 6:06 WIB.

Yang ini diambil pada hari Senin, 21 Juni 2010, pukul 6:17 WIB. Ini adalah kali keempat kemunculannya di blog ini. Hahaha.... Ini history-nya:
Kumunculan pertama: Hitam Putih
Kemunculan kedua: Edit, Edit, Ayo Diedit....
Kemunculan ketiga: Sebiru Langit Pagi

Sedangkan yang ini diambil pada hari Kamis, 23 Agustus 2012, pukul 6:04 WIB.

Kamis, 25 Oktober 2012

Ngedit Lagi, Hohoho....


Dari gambar yang sama, diedit untuk menghasilkan nuansa yang berbeda, hohoho....
Carmine and Tosca

Kamis, 18 Oktober 2012

Menjadi Diri Sendiri

Pukul 8.00, Kelas Administrasi Keuangan Negara, Ruang I-305

"Hanya saja, pada praktiknya di dunia, kita banyak tidak disenangi orang. Itu terjadi karena kita berbuat yang baik, sedangkan orang lain banyak yang ingin tidak baik."

by Ujang Bahar

Selasa, 16 Oktober 2012

The Best


Selasa, 16 Oktober 2012, Kelas Audit Keuangan Sektor Komersial, Ruang D103

“Tidak ada sistem buatan manusia yang lebih baik daripada sistem akuntansi. Hal ini disebabkan dua hal. Pertama, sistem akuntansi memiliki pola dasar yang sama dimana pun dan kapan pun. Kedua, sistem akuntansi menghasilkan laporan yang diperiksa secara rutin.”
By M. Nadief Kaelani