Pages

Labels

Jumat, 27 Juni 2014

Beatus Vir

Beatus vir, qui timet Dominum, in mandatis ejus volet nimis.
Potens in terra erit semen ejus, generatio rectorum benedicetur.

Vul. 111

Rabu, 11 Juni 2014

Rangkaian Bunga Seadanya - Daun Insulin

Aku baru nemu kembang cantik di sawah. Awalnya cuma jalan-jalan keliling desa doang, tapi ga disangka malah nemu semak berbunga indah. Sawah yang kukunjungi kali ini terletak di Desa Pojok, Kecamatan Campurdarat, Tulungagung. Semak bunganya sendiri tumbuh di tepian tanggul sungai.


Karena posisi semak bunga ada di tanggul yang berseberangan dengan jalan, aku musti turun ke kali buat menyeberang. Untung alirannya lagi kecil, di beberapa tempat bisa dilompati. Lumayan berasa mendaki bukit lewati lembah. Selain naik turun tanggul ada juga jembatan bambu yang bisa dititi. Biar ketinggian dari dasar sungai cuma tiga meter, berjalan di atas jembatan rasanya syerem juga, apalagi kalau jembatannya keriat-keriut.

Bunga ini berwarna kuning cerah. Dari bentuknya, jelas terlihat bahwa ini masuk keluarga bunga komposit/Asteraceae. Masih berkerabat dengan bunga matahari. Wangi bunganya agak-agak mirip dengan bunga cosmos (kenikir) dan tagetes (kembang telekan).


Dari cari-cari info di internet, tanaman ini punya nama Daun Insulin. Keren bingitz! Dalam blog milik Anita Firda, dibilang daun tanaman ini bisa dipake untuk terapi penyembuhan penyakit diabetes. Wow, aku terpesona.
Yang lebih keren lagi, Wiki bilang kalau tanaman yang bernama ilmiah Tithonia diversofolia ini bisa dipakai untuk menyuburkan tanah. Di Afrika sana, tanaman ini jadi pupuk alami buat lahan pertanian. Kabarnya bisa menambah kandungan fosfor. Keren bingitz, meski aku jadi bingung itu tanaman dapat fosfornya dari mana.
Karena bunga menarik, aku petik beberapa kuntum untuk kubawa pulang dan kurangkai di jambangan. Sayang, dalam perjalanan terterpa angin dan sebagian bunga jadi botak karena mahkotanya rontok. Sepertinya bunga ini emang ga cocok jadi bunga potong, dia hanya tahan sehari doang, abis itu layu sejadi-jadinya. Huhuhu.... Dia lebih cantik ditanam di tanah.
Ini bunga tithonia yang kubawa pulang.


Sst, buat kamu-kamu yang jauh dari sawah atau di sawahnya ga ada kembang ini, bisa beli benihnya di Kebun Bibit loh....

Selasa, 10 Juni 2014

Hampir Telat

Waktu lagi nyapu halaman sore-sore, aku terkejut melihat ada dua kuntum bunga wijaya kusuma (Epiphyllum oxypetalum) yang layu. Perasaan baru beberapa hari yang lalu tumbuh kucup, eh tahu-tahu udah layu. Wah ketinggalan ngeliat bunga mekar nih. Untung masih ada satu kuntum bunga yang sepertinya bakalan mekar ntar malamnya.
Nyatanya, aku hampir kelupaan. Untung inget waktu mau tidur. Buru-buru ke depan rumah dan ternyata bunganya emang sedang mekar. Gambarnya agak susah diambil karena gelap. Di layar kamera hampir ga kelihatan apa-apa. Dari beberapa foto yang kuambil hanya dua ini yang lumayan cantik.



Senin, 09 Juni 2014

Aku Telat (Oh, Candle Tree)

Beberapa hari yang lalu waktu main-main ke sawah aku melihat ada candle tree yang sedang berbunga. Udah lama aku pengin punya pohon itu. Tapi karena kulihat belum ada polong kering, itu pohon kutinggal dengan harapan pada kunjungan berikut akan ada polong yang matang.

Sebetulnya sudah sejak SMA aku tahu ada pohon itu di pinggir kali (meski saat itu aku belum tahu namanya). Dulu aku pernah menanam bijinya, tumbuh satu tapi tercabut dan mati. Semenjak kuliah aku jarang nengok ini tanaman.

Meski tumbuh liat di area persawahan, bagiku tanaman Senna alata ini cantik sekali. Tajuknya yang sederhana dengan daun-daun yang tersusun rapi nampak cukup estetis untuk ditanam di halaman rumah. Barisan bunganya yang kuning menjulang cukup eye-catching. Emang sih, baunya bukan jenis yang harum semerbak. Tapi toh dia tetap menarik bagiku.






Waktu kukunjungi lagi, aku sangat terkejut karena apa kulihat sama sekali di luar dugaan. Jangankan polongnya yang dipenuhi biji matang, daunnya aja ga kelihatan! Rupanya tanaman ini udah ditebas sama orang. Pohon yang di utara kali ditebang habis sama sekali tanpa sisa. Yang di selatan masih ada pokoknya. Daun-daun muda baru saja tumbuh. Nunggu berbunga lagi? Lama bingitz cuy. Ya udah deh. Kayaknya emang belum rejeki buat ngedapetin benih kembang gratis. Diikhlaskan saja.

Ini lokasi ngambil gambarnya kurang lebih sama dengan foto pertama dan kedua. Hiks...


*Pst.... Ga sia sia punya hobi sepedahan keliling sawah. Suatu waktu aku main ke sawah lain dan nemu kembang yang sama sedang berbunga lebat! Banyak pula bijinya yang sudah masak. Wah, asyik.... bisa buru-buru menyemai benih nih.... Yeyeye lalalalala....

Senin, 02 Juni 2014

Questioning the Authenticity of Music Performance


"As a simple rule, 'slow' movements should move along gracefully, never drag, while 'fast' movements should never express haste, and should always respect the player of the fastest notes, so that every note is distinct. As Alessandro Scarlatti wrote in a letter to the Grand Duke Ferdinando de' Medici: Where 'grave' is marked, I do not mean 'melancolico'; 'allegro' should be judged so that too much is not demanded of the singer. And the literal translation of the Italian Vivace is 'lively' - not ultra-fast!"


 "Many 'authentic' performances also adopt unsteady tempi, so that the music seems to move in waves, or fits and starts, ignoring the fact that a regular tempo was universally accepted in baroque times when the major concern was keeping unruly players and singers together."

"When the harpsichord emerges into its beautiful solo cadenza it is barely audible; indeed in one recent 'authentic' recording the harpsichord volume is actually turned up for the solo, either during the recording, the mixing or mastering - a shameful practice hardly worthy of any self-respecting recording company!"

"In the case of Bach's cantatas and choral works, most performances and recordings use a small portable organ for the continuo, ignoring the church's main organ in the gallery. This arrangement, while no doubt preferred by conductor and recording engineer, may be adequate for the accompaniment of arias and recitatives, but not for the opening choruses in cantatas such as 29 and 146 which feature what amounts to a solo organ concerto movement. Here the thin, almost pitiful sound of the little chamber organ is simply not up to the task."

"Another very prominent feature of string playing in today's 'authentic' performances is the almost total absence of vibrato, resulting in a flat, plaintive and lifeless tone. It seems quite unclear as to where this aspect of 'authenticity' derived from, since much evidence supports quite the contrary view. .... There are also many references in baroque musical literature, both to the importance placed on warmth and vibrato in vocal performance, and to the ideal in violin playing of replicating the human voice."

Quoted from Baroque Music Performance: 'Authentic' or 'Traditional' by Michael Sartorius

Nona Makan Sirih-ku Berbunga

Aku bahagia! Kembang nona makan sirih milikku sekarang sedang berbunga untuk pertama kalinya. Kembang ini dulu kuminta dari salah seorang teman. Hampir aja kembangnya mati gegara kutaruh di keranjang sepeda dan kulupakan begitu saya. Waktu kutanam, bibitnya udah dehidrasi mau kolaps, karenanya kurendam di air beberapa jam terlebih dulu. Aku hanya berharap dia masih bisa melanjutkan hidupnya. Syukur, meski selama beberapa hari tidak begitu nampak adanya kehidupan, nyatanya dia masih bernyawa dan bisa tumbuh hingga besar, apalagi kalau rajin disiram. Betapa bahagianya hatiku.