Pages

Labels

Kamis, 04 Desember 2014

Buku Cetak VS Buku Digital



Postingan kali ini akan membahas perbandingan antara buku cetak dan buku digital. Saya tertarik untuk membahas ini karena saya gemar membaca. Saya sendiri membaca dari berbagai macam media (tapi tidak semua).  Saya merasa ada beberapa perbedaan yang cukup mempengaruhi pola membaca saya saat menghadapi media yang berbeda.

Tulisan yang dicetak pada kertas atau apapun yang tidak memancarkan cahaya namun hanya memantulkan cahaya selanjutnya saya sebut buku cetak. Sedangkan tulisan yang diolah secara terkomputerisasi untuk ditampilkan pada layar yang memancarkan cahaya selanjutnya saya sebut buku digital.



Hal pertama yang patut diperhatikan adalah karakteristik media yang menampilkan tulisan. Buku cetak biasanya memakai kertas. Buku digital membutuhkan layar monitor.

Buku cetak tidak memancarkan cahaya karena memang tidak dirancang untuk itu (LOL). Apa yang kita lihat dari buku cetak adalah pantulan cahaya dari lingkungan sekitar. Saat membaca buku cetak,kita tidak memerlukan direct lighting selama room ambience-nya mencukupi. Secara otomatis tingkat kecerahan lembaran buku cetak menyesuaikan room ambience. Dalam keadaan mata kita tidak terpapar cahaya yang berlebihan sehingga biasanya sangat nyaman untuk membaca berlama-lama dan mata kita tidak gampang lelah.

Layar yang dipakai untuk buku digital meradiasikan cahaya. Radiasi cahaya ini apabila tidak diatur dengan baik akan menjadi berlebihan dan membuat mata cepat lelah. Apalagi bila tingkat kecerlangan layarnya tidak seimbang dengan room ambience bisa menimbulkan after-image pada mata. Saya sendiri biasanya mengurangi kecerlangan layar ponsel dan laptop hingga (atau hampir) minimal. Sayangnya metode ini biasanya diikuti dengan turunnya kontras pada layar sehingga mengakibatkan tulisan makin susah dibaca.

Hal kedua yang membedakan adalah energi yang dipakai. Sepertinya semua orang sudah tahu kalau buku cetak tidak memakan listrik, sedangkan gadget membutuhkan listrik. Jadi saya rasa bagian ini tidak perlu dibahas lebih lanjut.

Hal ketiga adalah kemudahan navigasi. Buku cetak umumnya hanya memiliki alat navigasi sederhana berupa daftar isi. Ada pula yang melengkapinya dengan indeks. Sangat sederhana. Sebaliknya, buku digital biasanya memiliki tombol-tombol luar biasa (baik pada berkas buku itu sendiri atau pada aplikasinya) yang bisa mengantar kita pada bagian tertentu pada buku. Ada juga fasilitas search/pencarian untuk mencari kata-kata tertentu dalam buku.

Buku cetak memiliki fasilitas navigasi yang sangat primitif bukan? Tapi nyatanya, entah bagaimana saya merasa bahwa mencari sesuatu dalam buku cetak jauh lebih mudah daripada buku elektronik (dengan asumsi bukunya sudah dibaca hingga selesai). Sepertinya otak merekam semua informasi dari indra manusia yang mampu mengakses buku cetak. Dalam hal ini kita menggunakan indra penglihatan dan peraba. Sepertinya jari-jemari mengirimkan sinyal tentang posisi ketebalan buku yang memuat informasi yang terlihat mata. Saya tidak begitu menyadarinya, tapi biasanya saya bisa langsung menemukan informasi yang butuh dicari dengan hanya membuka beberapa kali.

Buku digital hanya mengandalkan indera penglihatan. Kita tidak bisa merasakan sensasi ketebalan buku yang sudah kita lewati. Mencari lewat indeks cukup menyenangkan tetapi tidak selalu merujuk yang kita cari karena ia hanya mengarah ke awal bagian tertentu, sementara yang kita cari kadang ada di tengah-tengah. Mencari menggunakan fasilitas search lebih mengerikan lagi. Kita harus mencari kata kunci yang tepat yang benar-benar terdapat dalam teks sementara biasanya kita hanya mengingat garis besarnya, bukan tata kalimatnya kata per kata. Ini kadang membuat pencarian dalam buku digital sangat memusingkan dan menghabiskan waktu.

Hal keempat yang membedakan kedua jenis buku adalah clarity atau kejelasan bentuk huruf/font. Ini mempengaruhi mudah tidaknya teks untuk dibaca. Lebih jauh juga bisa mempengaruhi kecepatan membaca. Hal ini terutama dipengaruhi oleh resolusi media yang dipakai. Semakin tinggi resolusinya, semakin halus pula hasil yang ditampilkan.

Buku cetak mampu menampilkan berbagai bentuk huruf dengan jelas, bahkan yang berukuran kecil sekalipun. Hal ini tidak terlepas dari teknologi mesin cetak yang memiliki resolusi sangat tinggi. Bahkan printer rumahan pun mampu mencetak dengan resolusi 1000 ppi atau lebih tinggi.

Sebaliknya, buku digital bargantung pada layar monitor yang saat ini masih berkutat di resolusi rendah. Mayoritas tidak lebih dari 192 ppi. Ini mengakibatkan terbatasnya detail huruf yang bisa ditampilkan. Detail halus, seperti serif di font Times New Roman misalnya, tidak bisa ditampilkan secara sempurna. Jika teks menggunakan ukuran kecil umumnya akan terjadi distorsi bentuk huruf dan spacing yang mengakibatkan tulisan susah dibaca.

Teknologi ClearType pada Microsoft dan sejenisnya sebetulnya cukup membantu mengkatrol clarity pada layar elektronik. Teknologi ini memperlakukan subpixel secara mandiri sehingga secara virtual meningkatkan resolusi horizontal. Sayangnya resolusi vertikal tidak mengalami perubahan apa pun. Kita hanya bisa berharap teknologi di masa depan mampu membuat layar beresolusi tinggi dengan harga terjangkau.

Hal kelima yang membedakan buku cetak dan buku elektronik adalah portabilitas. Buku cetak lumayan memakan ruang. Berat? Tak perlu ditanya. Kertas buku cetak terbuat dari serat selulosa yang berasal dari kayu. Massa jenisnya tidak jauh beda dari kayu itu sendiri. Saya pernah pulang kampung dengan membawa koper yang hampir saya penuhi dengan buku. Rasanya lengan saya pegal-pegal menyeret dan membawa koper tersebut di stasiun dan naik turun tangga. Saya tidak mampu membayangkan berapa ton berat buku yang tersimpan dalam perpustakaan.

Buku digital tersimpan sebagai data elektronik dalam chip yang ukurannya sangat mungil. Sangat ringan pula. Intinya, sangat mudah dipindah-pindahkan, apalagi melalui transfer data digital.

Pada akhirnya, baik buku cetak maupun buku digital memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Konsumen sendiri yang menentukan apakah akan membaca buku yang tercetak atau buku digital. Tapi hingga saat ini saya masih sangat menggemari buku cetak untuk dibaca.

0 komentar:

Posting Komentar